Kamis, 09 Januari 2014

Pelatihan Kewirausahaan PNPM MP "Jangan Bergerak Kearah Miskin Tapi Kearah Kaya"

Masyarakat Indonesia baik yang ada di Jawa Barat maupun di Purwakarta, selama ini sebenarnya bukan bergerak menuju ke arah yang kaya atau lebih baik, melainkan menuju kearah yang miskin. Hal itu, karena tidak mau maindset-nya dan tidak mampu untuk berkompetisi. Sehingga, lama kelamaan akan terpinggirkan.


  “Selama ini masyarakat bukan bergerak ke arah kaya tetapi justru bergerak ke arah miskin,” ujar Bupati Purwakarta H Dedi Mulyadi disela-sela pembukaan pelatihan kewirausahaan Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang digelar Bidang Pemberdayaan Masyarakat BKBPIA Kabupaten Purwakarta, Selasa (10/12) malam kemarin.
   Menurut Dedi Mulyadi, indikator pergerakan tersebut bisa dilihat dari APBD yang berbentuk uang dimana bersumber dari APBD tersebut yakni dari ekploitasi sumber daya alam (SDA) dan bersumber dari sektor pajak industri. APBD yang bersumber dari SDA, dalam jangka panjang lama kelamaan maka SDA itu akan menuju pada penurunan, pengurangan sampai habis.
   Artinya, lanjut Dedi Mulyadi,  dalam jangka panjang sumber pendapatan negara yang bersumber dari sumber daya alam itu akan habis atau zero. Hari ini kita boleh berbangga diri, karena kita merasa kaya raya. Namun yang perlu diingat, dua sampai 30 tahun kedepan, belum tentu masih mampu bertahan seperti itu karena sumbernya sudah tidak ada lagi.
   Kecuali itu, sambung dia, maju kearah kemiskinan karena warga masyarakat setempat ketika ada perubahan akan habis terugusur, karena tidak mampu untuk berkompotisi dan tidak kuat terhadap tekanan. Sehingga lama kelamaan, mereka akan terpinggirkan. Contohnya, bisa dilihat di beberapa provinsi  termasuk Jawa Barat bahkan mungkin juga di Purwakarta.
   Jika dilihat adanya perubahan, papar Dedi Mulyadi, di satu sisi para pendatang suksesnya luar biasa, namun bagi penduduk aslinya malah miskin. Seperti yang terjadi di Papua, dimana sumber daya alamnya dimanfaatkan dan diambil oleh para pendatang, sedangkan penduduk aslinya malah tersisihkan bahkan hidup miskin karena tidak mampu berkompetisi.
   Penduduk asli Papua, hanya mengandalkan hasil bumi seadanya. Sedangkan hasil bumi yang menguntungkan dan melimpah diambil oleh orang-orang asing sebagai pendatang. Artinya, kemiskinan akan terus mengancam penduduk asli disana. Begitupula bisa terjadi di Purwakarta, jika tidak segera di lakukan recovery.
Industri
   Sementara sumber pendapatan yang kedua, yakni dihasilkan dari industri, dimana banyak berdiri pabrik-pabrik. Sedangkan dari industri yang masuk ke kas negara itu dari sektor pajaknya. Tetapi yang jadi pertanyaan, jika di suatu daerah banyak tumbuh industri lantas yang kaya-nya itu masyarakat setempat atau kaum pendatang ?.
   Karena tidak mampu berkopetensi dan tidak tahan terhadap tekanan-tekanan, maka masyarakat setempat lama kelamaan juga akan hilang, akan hilang dan terus menghilang. Contohnya terjadi dibeberapa daerah mulai dari Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor juga Karawang dan bisa saja nantinya juga merambah ke Purwakarta.
   Di Purwakarta, kata Bupati Dedi Mulyadi, salah satunya di wilayah Bungursari yang sekarang dikenal dengan zona industrinya. Namun keberadaan industri di situ, tidak membuat kaya warga masyarakat setempat, tetapi justru lebih menguntungkan para pendatang. Sebab masyarakat setempat kalah dalam kompetisi dengan para pendatang.
   Namun demikian, ada yang patut menjadi contoh tauladan bagi warga Bungursari, Campaka dan Cibatu juga daerah lainnya di Purwakarta, yakni adat istiadat atau kebudayaannya. Kendati idnsutri di daerah itu terus berkembang, namun tidak bisa merubah tradisi warga masyarakat setempat sehingga tetap berdiri kokoh dan mampu mandiri.
   Kebudayaan itulah yang menjadi modal utama warga masyarakat, sehingga angka kemiskinannya sangat relatif rendah atau tidak ada masalah, disamping itu masyarakatnya juga relatif jujur-jujur dan tidak selalu merepotkan pemerintah setempat. Sehingga, masyarakatnya mampu bertahan dan tidak tergerus oleh kemajuan daerah.
   Tetapi pertanyaan selanjutnya, kata Dedi, bagaimana masyarakat setempat bisa miskin dan tersisihkan, karena seluruh pendapatan negara tidak cepat mampu merecovery untuk membangun rasa keadilan. Sehingga sumber pendapatan negara, baik dari SDA maupun sumber pajak industri lama kelamaan juga nantinya bisa hilang.
   Tolak ukurnya, jika industri sudah tidak lagi mampu untuk berkompetisi, jika upah buruh terus meningkat, listrik dan lain-lain terus meningkat juga pajaknya terus meningkat. Sedangkan hasil produksinya, ketika akan dijual tidak lagi mampu berkompetisi dengan negara lain. Atau terjadi gejolak politik internasional, maka akan bangkrut atau PMA-nya kabur.
Kemandirian
   Akibatnya, jelas Dedi, negara kehilangan sumber pendapatannya. Dan itu harus segera diantisipasi dari jauh-jauh hari agar masyarakat bisa mandiri dan tidak miskin lagi. Untuk itu, yang dimaksud dengan kemandirian, sebenarnya ada dalam kebijakan. Tetapi kalau kemandirian itu diartikan dalam peredaran uang yang dipinjamkan, sampai kapanpun tidak akan mandiri.
   Karenanya, perlu ada perubahan agar masyarakat bisa bergerak kearah mandiri dan kaya serta tidak miskin lagi. Dibidang pertanian contohnya, agar masyarakat bisa mandiri negara harus mampu menekan biaya produksi pertanian, negara juga harus bisa memberi hasil pertanian yang cukup kepada masyarakat petani.
   Diantaranya, papar Dedi Mulyadi,  melalui pemberian bibit dan subsidi pupuk serta peningkatan fasilitas pertanian yang didukung  oleh komitmen masyarakat untuk lebih mandiri. Begitupun dibidang peternakan, dengan memberikan hasil yang menguntungkan. Karenanya, agar tidak terjadi degarasi ekonomi, degrasi kultur maka perlu adanya peningkatan kewirausahaan.
   Disamping mendapatkan bekal wirausaha, maindset juga harus dirubah. Sehingga mampu bersaing menuju kearah kebaikan dan bisa meningkatkan kesejahteraan. Pelatihan kewirausahaan PNPM Mandiri Perdesaan ini, tentunya memiliki maksud agar kita tidak miskin dan mampu mandiri serta bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain.
   Sementara Carma Rikhiat Kepala Badan Keluarga Berencana Perlindungan Ibu dan Anak (BKBPIA) Kabupaten Purwakarta juga selaku penyelenggaran pelatihan kewirausahaan menjelaskan,  bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan wawasan BKAD, para pengelola UP dan SPP menuju kearah professional.
   Disamping itu, kata Carma, pelatihan yang digelar sejak 10 hingga 12 Desember 2013 ini juga untuk menumbuhkembangkan jiwa wirausaha dikalangan para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan disamping agar lebih memahami tertib administrasi serta tertib hukum pengelolaan keuangan dengan menghadirkan para nara sumber terkait dalam kewirausahaan.
   Ditambahkan Carma Rukhiat, pelatihan tersebut digelar karena PNPM Mandiri Perdesaan hadir cukup lama dan mampu memberikan manfaat yang langsung dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergitas tugas pokok dan fungsi BKAD melalui jalinan sinergitas dan koordinasi dengan  pemerintah daerah, dunia, dunia pendidikan dan para pelaku lainnya.
   Hal itu, dalam rangka memperkuat manajemen pembangunan partisipatif. Dimana peran Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam penguatan, sebagai lembaga pembiayaan kegiatan ekonomi usaha mikro dan usaha kecil. Sedangkan kelompok simpan pinjam (SPP), adalah sebagai kelompok pengelola simpanan  dan pinjaman anggota. 

sumber : http://harian-pelita.pelitaonline.com/cetak/2013/12/12/pelatihan-kewirausahaan-pnpm-mp-bupati-dm-jangan-bergerak-kearah-miskin-tapi-kearah-kaya#.Us5pqvu8DRI

Tidak ada komentar :

Posting Komentar